Menurut hasil survey, 75% responden menggunakan Facebook kebanyakan untuk curhat. Kemudian sekitar 53% responden menyatakan hanya sebagian dari profil mereka diisi dengan jujur. Lalu bagaimana dengan masalah kesadaran privasi dan referensi pertemanan lainnya?
Data di atas adalah hasil temuan sementara dari hasil survey lapangan yang dilakukan oleh peneliti new media dari Stikom LSPR dan didukung oleh National University of Singapore.
Dari hasil survey tersebut ditemukan juga kondisi bahwa 55% dari responden menggunakan Facebook dari warnet dan 22% melalui ponsel! Seperti apa tingkat kekuatiran mereka akan privasi di Facebook? Ternyata sekitar 13% persen responden menyatakan “sama sekali tidak kuatir” dan 34% menyatakan “tidak terlalu khawatir” dengan soal problematika privasi dampak dari penggunaan Facebook.
Survey ini sendiri dilakukan di 2 kota kecil, yaitu kota Sukabumi dan Cilegon. Pemilihan daerah suburban tersebut karena mengikuti konteks yang berkembang bahwa korban ataupun kejadian penyalahgunaan situs jejaring sosial yang banyak terungkap adalah dari daerah atau kota kecil yang terpaan informasi penyeimbang dari berbagai media tidak sebanyak kota besar seperti Jakarta. Total responden sebanyak 180 pengguna Facebook, dengan rentang usia antara 14 s/d 25 tahun. Survey dilakukan sepanjang April 2010.
Data lain yang dapat disingkap antara lain bahwa hanya sekitar 33% dari responden yang paham tentang setting privasi di Facebook DAN melakukan setting yang sesuai. Mayoritas sisanya ada yang paham tetapi tidak melakukan setting (26%), tidak paham tetapi ingin tahu (31%) dan tidak peduli soal setting-settingan (9%).
Ketika ditanyakan, hal apakah yang menjadi pertimbangan ketika ingin menambah teman di Facebook, maka jawabannya adalah sebagai berikut:
- 37% karena melihat-lihat foto profil yang bersangkutan
- 23% karena membaca-baca isi status
- 16% karena sekedar ingin memperbanyak teman
- 14% karena mengidolakan orang tersebut
- 8% karena mempertimbangkan jumlah “mutual friends”
Hal menarik lainnya adalah ternyata sekitar 64% responden “kadang-kadang” langsung melakukan approved atau menyetujui jika ada orang yang tak dikenal untuk menjadi “teman”-nya di Facebook. Dan tak kurang dari 28% malah menjawab “sering” melakukan hal tersebut. Berarti total 72% dari responden pernah melakukan approval sebagai teman kepada sembarang orang yang tak dikenal sebelumnya.
Yang kemudian harus diwaspadai adalah ternyata sekitar 27% responden menyatakan memilih pergi sendiri (tanpa ditemani oleh siapapun) ketika hendak bertemu darat (offline) dengan kenalan baru dari Facebook! Tentunya hal ini dapat menimbulkan potensi resiko yang besar, dari sekedar menipuan hingga penganiayaan fisik maupun mental.
Untuk penghitungan akhir dan data selengkapnya, akan disampaikan segera dalam waktu dekat ini. Hasil survey di atas, khususnya yang terkait dengan kesahihan isi profil, tak terlalu berbeda jauh dengan hasil riset yang dilakukan oleh lembaga riset Cloudmark di Eropa pada 2008. Kala itu hasil riset Cloudmark menyatakan bahwa 20%-40% profil baru di Facebook adalah Mengandung Kepalsuan. Meskipun demikian, menurut Cloudmark, akun berprofil palsu tersebut memang sengaja dibuat oleh para spammer untuk menyebarkan malware.
Pastinya, hasil survey ini tidak untuk melakukan generalisasi kondisi. Survey ini bertujuan untuk memberikan gambaran awal yang tentunya bisa menjadi pondasi untuk melakukan penelitian-penelitian terkait selanjutnya.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Tambahkan Komentar Anda